Senin, 10 Juni 2013

Eksotisme Pulau Randayan 2013

pulau randayan
Pulau Randayan terletak di laut cina selatan, termasuk daerah Kalimantan Barat, sebelah barat Kota Singkawang dan termasuk Kabupaten Bengkayang. Berangkat ke pulau randayan dengan memakai kapal tambang atau ojek kapal lainya. Kami mengambil Teluk Suak menjadi titik awal perlayaran kami. 

untuk saya sih baru pertama kesini, soalnya bukan orang sini. terheran juga ke pulau terpencil di ujung barat Kalimantan ini. "kesannya ya itu lho, macam pergi ke pulau surga." gumamku lirih di ujung bagan teluk suak.

saya, ivan, ka dek, winda, ibnu, bandi, siin,urif, agus, wani, temannya wani (kita belum kenalan), dan ptografer yang belum diketahui namanya itu berangkat sekitar pukul 7 lebih, -saking senengnya ampe gak sempat inget jam berapa-
gbr. pas tiga belas
nampak kami sipitin mata bukan termasuk fose kami, tapi itu saking silaunya pasir pantai randayan, cahaya matahari memantul kepasir, di tambah tema biru-biru laut beserta pesisir yang bening, riak cahayanya. meski silau tapi tak membuat kami kewalahan memandangnya. "bening lalu tok ie aeknye" itu yang saya sering dengar dari kawan-kawan.

Terdapat beberapa pulau kecil dan besar disana. pulau randayan tepat di samping pulau lumukutan.


gbr peta randayan , jalur perahu.

eksotiknya randayan dan kecantikan pulaunya pengen aku pacarin. angin sepoi , panas tak masalah, namanya pantai pulau dimana-mana sama aja. kecuali mendung. perjalanan ke pulau ini menempuh waktu sekitar satujam setengahan. beruntungnya saat kami pergi ke randayan, semesta alam mendukung, alhamdulillah.

kurang lebih satu kilometer lagi menuju Randayan



wani lagi fose

kami hampir tiba di randayan, sebelum bernafas dan injak pesisir pantainya, teman-teman sudah berfoto-foto. -lebih parah dari lupa jam, ya begitulah keindahan pulau randayan, bukan hanya penghilang stres juga lupa segalanya-

Gbr. pemecah rekor foto pria terbanyak versi majalah dinding.




tepi pulau Randayan


setibanya di pulau , kami berpoto . tanganku ilang


kami tiba di pulau ini sekitar pukul 10 pagi, cuacanya panas, namun seimbang dengan angin sepoi yang mendinginkan kami. 
sebelum masuk randayan, kami di cegat seseorang untuk bayar tiket masuk. harga tiket masuk ini di hargai Rp. 15.000 per/orang. karna kami gak nginap, jadi bayarnya cuma segitu aja. untuk penginapan sendiri harganya bervariasi, sekitar Rp. 400 ribu per motel.

Gbr Gazebo sejenis motel . penginapan  pulau Randayan

siang tiba begitu lamban, hanya saja waktu itu kami tak menyewa penginapan, sore hari kami mesti lekas pulang kembali. ada banyak gazebo di tepian jalan setapak pulau. 
Gbr. kami santai sejenak di gajebo pantai. 
sembari menikmati kondisi indah yang amat kritis, kami sematkan makan siang. sebagian main air atau sekedar foto-foto.

Gbr. indahnya pulau lengkap dengan indahnya kebersamaan.

Gbr. seiring indahnya pemandangan saat itu, kami nyaris lupa apa yang dimakan. ini indahnya cukup kritis.


kelilingi pantai, masih sempat foto



sehabis makan siang dan bercumbu dengan angin pantai, kami pun berencana kelilingi pantai. pemandangan ini tak cukup kami pandangi.




di perjalanan selalu ada hal indah yang di temui. 




matahari makin tengah, kami harus lanjutkan perjalana ke belakang pulau, disamping itu airlaut yang jernih seakan membuat mata terbelalak untuk melihatnya lagi.

TERSESAT...

setibanya di belakang pulau, kami tak melihat apa-apa selain pantai batu seluas 200 meter. "apa kami tersesat?" ujar ka dek.
dibelakang masih ada winda, karena keterbatasan tenaga, berat hati siin harus menggendong winda sepanjang pantai. repot ...

lanjutkan perjalanan, belakang pulau. tersesat !!
nampaknya sudah mulai panik

tersesat pun masih sempat berfose. dasar anak jaman sekarang. 

di pantai depan ibnu tertinggal, mencoba menghubungi kami namun tak kunjung tersambung. ia mencoba menelpon darurat ke nomor lain. namun sayang, usahanya sia-sia.
ibnu dan potografer tertinggal di pulau, dan kami berpencar. dia mencoba menelpon kami


di lain tempat, kami berkumpul di bebatuan. air minum mulai habis.


winda mulai menangis, 

hari makin panas, dan kru yang tertinggal pun tak kunjung menyusul. dengan terpaksa kami lanjutkan perjalanan,

kami mulai beranjak

pulau randayan hanya pulau kecil, namun berbagai variasi pantai juga pohon-pohonnya membuat kami bingung kearah mana. kami sangat terbuai keindahan laut dan pulau ini.
kawan ibnu tak mau beranjak, ia tak mau kehilangan sahabat sejatinya.

sebelum berangkat, winda yang nampak bangkit.. lalu membacakan puisi bagi kami.
kami tetap lanjutkan ke pesisir paling ujung, untuk menemui perahu yang tadi antarkan kami.

mmirip tanah lot,, salah satu tempat yang kami lewati. 
daratan menyerupai tanah lot telah kami lewati, tergiur untuk singgah tapi kami tak mau tertipu lagi, kami harus lekas menemui dermaga.


urif nampak cemas untuk krunya yang hilang jejak.








ibnu dan alat berat pulau randayan.
kami telusuri batu-batu ,dan semak belukar, di ujung nampak alat berat warna biru melaju pelan dan setelah didekati ternyata ibnu beserta krunya nekat melintasi hamparan batu dengan alat berat. dia nampak senang bertemu kami lagi.




















sedikit menguras tenaga. namun perjalanan  kami tak sia-sia, didepan kami menemui dermaga juga pantai dan nelayan. kami berkumpul dan beristirahat disana bersama.

berkumpul kembali





Sesi Randayan selesai.... 


sampai jumpa kembali

0 komentar:

Posting Komentar